: : Word of Mouth : :

When you get a new piece of Musical Gear... Be it hardware, software, rack-mount, stomp box, and so on... Put away the instructions aside from the set-up and throw the troubleshoot guide into the trash... Accidents and ignorance creates beautiful mistakes... (Jaco Pastorius : 1951 - 1987)

Friday, May 02, 2003
Samsara.. Album Solonya Eko ?

Hahahaha.. baru balik dari Bandung nih ogut.. hemmhh.. sebelum ngomongin Samsara mao ngomong apa yah ? 10th trial & success ? 30 & 40 min or 50 perhaps ? wah, jadi binun.. hahahaha.. Ganbatte !!!

Samsara : The Cycle of existence (birth, life and rebirth) conditioned by karma, it is the wheel of suffering that characterized the phenomenon we call life...

Ini Budjana kok sampul albumnya Eko sih ? Hooo.. salah ogut.. ternyata album solo terbarunya dari Budjana... Ini pas liat di toko kaset kirain hasil karya Eko bertapa di Ostrali.. hehehe... (boleh pasang pic ngebandingin dikau dengan Budjana ga Ko ? hehehehehe... udah itu kumis bener kayak kata si Moe, panjangin lagi ajah.. uhh... mirip sekali...)

Pertengahan Februari 2003 ini, Dewa Budjana kembali merilis solo albumnya berjudul Samsara. Yang istimewa dari album ini adalah proses tak berkesudahan dari musikalitas Budjana sendiri dan juga para musisi kondang tanah air dan mancanegara yang terlibat di dalamnya. Ia mulai mengerjakan album ini di bulan November 2001.

Sejumlah musisi senior tanah air ia kumpulkan. Indra Lesmana, Krisna Balagita, Budhy Haryono, Aji Rao, Arief Setiadi, Saat, Balawan, Henri Lamiri, Dwiki Dharmawan, Tohpati, Oele Patiselano, Jopie Item, Donny Suhendra, Eugene Bonty, Wawan dan Bubi Chen. Termasuk kolaborator yang lain adalah Kadek Darmanti, Kadek Dewi Ariyani dan Iku (musisi Jepang) yang hadir lewat senandungnya.

Dalam perjalanan liburan ke Amerika Serikat. Di sana, bukannya menjadi turis sesuai niat awalnya, dia malah mencari musisi asal negeri paman sam itu yang ingin dia ajak berkolaborasi di album barunya. Alhasil, menarik minat salah satu musisi besar yang juga adalah personil dari grup jazz fusion legendaris Weather Report yaitu Peter Erskine. Peter lalu mengenalkan Budjana kepada seorang bassis yaitu Dave Carpenter yang juga ikut main di album ini.

Hasil jammin' bersama Peter dan Dave ini menuntaskan 4 komposisi yang sudah setengah jalan, yakni 'Back Home', 'Rerad Rerod', 'Last Forest' dan 'Shambala'. Dua dari komposisi di atas (Back Home dan Last Forest) menampilkan juga kolaborator lama Budjana bernama Saat yang akrab dipanggil BangSaat, yang piawai memainkan suling khas Kalimantan. BangSaat juga tampil pada komposisi 'Lonely' yang hanya melibatkan Budjana dan dirinya. Uniknya kompisisi ini direkam di tengah sawah yang menghadirkan nuansa sepi, sendiri. Alunan duet gitar dan suling saling mengisi diiringi orkestrasi alam persembahan jangkrik dan penghuni sawah lainnya.

Selagi di Amerika, Budjana juga mengajak Arie Ayunir untuk reuni. Hasilnya komposisi bertitel 'Lovina' menduetkan permainan apik gitar dan drum. Jalan-jalan ia lanjutkan ke negeri matahari terbit. (Uhh.. kapan ogut jalan2 kesana yak ? doain yah.. bisa ke Jepang... Amien...) Di sana Budjana meminta bantuan seorang teman yang juga penggemar dari GIGI, untuk mencari pemain Shamisen - alat musik tradisional Jepang. Instrumen ini untuk komposisi 'Nikki Iku'. Kalau selintas mirip dua kata dari bahasa Bali, padahal kedua kata ini adalah nama pasangan tua asal Jepang yang menetap di Bali. Nikki sang suami dan Iku sang istri.

Yang tak kalah unik adalah perjalannya ke Surabaya. Perjalanan kali ini menghadirkan komposisi penutup berjudul 'Souvereign Hill'. Bersama pianis kawakan Bubi Chen, Budjana memainkan musik rag time yang komikal. Lonjakan-lonjakan piano dan permainan klarinet serta cello berhasil membangkitkan nuansa lucu yang bikin kita ngebayangin perkelahian ala koboi.. hehehe..

Kolaborasi-kolaborasi inilah yang ia ingin tampilkan sesuai keiinginannya dalam menghadirkan nuansa baru dalam musiknya. Dalam komposisi 'Januari' ia menggelar harmonisasi dari para pendekar gitar kini dan lampau, Oele Patiselano, Jopie Item, Tohpati dan Donny Suhendra. Masing-masing mengusung senjatanya, Oele - gitar listrik kopong, Jopie dan Donny - gitar listrik, Tohpati - gitar akustik nilon dan Budjana sendiri - gitar akustik baja (Steel Guitar, bingung ogut bahasa indonesianya apaan sih..). Hasilnya, sebuah nomor unik yang keras dan lembut. Seperti tema keseluruhan album Samsara ini.

Bila mau dicerna, album Samsara dibuat atas perpaduan melodi lembut dan keras, distorsi dan minimalis ciri Budjana. Seperti menyandingkan 2 album terdahulunya, 'Nusa Damai' dan 'Gitarku'. Akhirnya konsep ini begitu kena dengan judul album terbarunya ini, Samsara. Berputar naik dan turun, keras dan lembut. Saling berbeda tapi bersumber dari satu putaran. Ya inilah Samsara, sebuah perjalanan tak berkesudahan...

Ho iyah, jadi kesimpulannya.. kalo nanti2 di toko kaset liat ada album baru Budjana tapi pas didenger ternyata isinya lagu2 punk... naah, yang itu bukan Budjana.. tapi album solonya Eko... hehehehe...

Update

Uhh.. tengah malem dikerjain orang aneh.. gila, kesel juga jadinya.. aneh benerr !!! kok ada yah orang macam begini.. senak2nya aja, suka ga nyambung.. ga tau nempatin diri.. malah ngata2in orang seenaknya.. memangnya siapa sih.. huu, aneh bangett..

huu.. mao marah saya.. mana ini CD2 rock aggressive ogut, mao jegar jegur pake hedpon ahh biar bisa bobo enakk.. zzzz.. zzzz.. zzzz.. *bobo sambil dikelonin CD2 Kreator* zzzz.. zzzz.. zzzz..


words by RiesAp 7:31 PM

________________________________________